Selasa, 20 November 2012

merancang pendidikan moral dam budi pekerti


Nama                 : Nur Ellag p
NPM                 : 11.1.01.10.0256
Kelas                 : 2G

Artikel Pendidikan
MERANCANG PENDIDIKAN MORAL DAN BUDI PEKERTI

            Masyarakat di Indonesia menempati posisi strategis dalam pelaksanaan pembangunan nasional sehingga diperlukan adanya pengembangan SDM secara optimal. Pengembangan SDM dapat dilakukan melalui pendidikan mulai dari dalam keluarga hingga lingkungan sekolah dan masyarakat.
            Salah satu SDM yang dimaksud bisa berupa generasi muda sebagai estafet pembaharu yang sifatnya masih potensial, perlu dibina dan dikembangkan secara terarah dan berkelanjutan melalui lembaga pendidikan sekolah. Beberapa fungsi pentingnya pendidikan sekolah antara lain untuk :
1.      perkembangan pribadi dan pembentukan kepribadian
2.      transmisi cultural
3.      integrasi social
4.      inovasi
5.      pra seleksi dan pra alokasi tenaga kerja
Dalam hal ini jelas bahwa tugas pendidikan sekolah adalah untuk mengembangkan segi-segi kognitif, afektif dan psikomotorik yang dapat dikembangkan melalui pendidikan moral. Dengan memperhatikan fungsi pendidikan sekolah di atas, maka setidaknya terdapat 3 alasan penting yang melandasi pelaksanaan pendidikan moral di sekolah, antara lain :
1.      Perlunya karakter yang baik untuk menjadi bagian yang utuh dalam diri manusia yang meliputi pikiran yang kuat, hati dan kemauan yang berkualitas, seperti : memiliki kejujuran, empati, perhatian, disiplin diri, ketekunan, dan dorongan moral yang kuat untuk bisa bekerja dengan rasa cinta sebagai ciri kematangan hidup manusia.
2.      Sekolah merupakan tempat yang lebih baik dan kondusif untuk melaksanakan proses belajar mengajar.
3.      Pendidikan moral sangat esensial untuk  mengembangkan SDM yang berkualitas dan membangun masyarakat yang bermoral.
Pelaksanaan pendidikan moral ini sangat penting, karena hampir seluruh masyarakat di dunia, khususnya di Indonesia, kini sedang mengalami patologi social yang amat kronis. Bahkan sebagian besar pelajar dan masyarakat kita tercerabut dari peradaban eastenisasi (ketimuran) yang beradab, santun dan beragama. Akan tetapi hal ini kiranya tidak terlalu aneh dalam masyarakat dan lapisan social di Indonesia yang menelan peradaban barat tanpa seleksi yang matang. . Bermacam-macam masalah sosial dan masalah-masalahh moral yang timbul di Indonesia seperti :
1.      meningkatnya pembrontakan remaja atau dekadensi etika/sopan santun pelajar
2.      meningkatnya kertidakjujuran, seperti suka bolos, nyontek, tawuran dari sekolah dan suka mencuri
3.      berkurangnya rasa hormat terhadap orang tua, guru, dan terhadap figur-figur yang berwenang
4.      meningkatnya kelompok teman sebaya yang bersifat kejam
5.      munculnya kejahatan yang memiliki sikap fanatik dan penuh kebencian
6.      berbahsa tidak sopan
7.      merosotnya etika kerja
8.      meningkatnya sifat-sifat mementingkan diri sendiri dan kurangnya rasa tanggung jawab sebagai warga negara
9.      timbulnya gelombang perilaku yang merusak diri sendiri seperti perilaku seksual premature, penyalahgunaan mirasantika/narkoba dan perilaku bunuh diri
10.  timbulnya tidakketahuan sopan santun termasuk mengabaikan pengetahuan sebagai dasar hidup
Dalam upaya untuk meningkatkan kematangan moral dan pembentukann karakter siswa secara optimal, maka penyajian materi pendidikan moral kepada para siswa hendaknya dilaksanakan secara terpadu kepada semua pelajaran dan dengan mengunakan strategi dan model pembelajaran seccara terpadu, yaitu dengan melibatkan semua guru, kepala sekolah ,orang tua murid, tokoh-tokoh masyarakat sekitar. Untuk mengembangkan strategi dan model pembelajaran pendidikan moral dengan menggunakan pendekatan terpadu ,diperlukan adanya analisis kebutuhan  siswa dalam belajar pendidikan moral. Dalam kaitan ini diperlukan adanya serangkaian kegiatan, antara lain :
1.      mengidentifikasikan isu-isu sentral yang bermuatan moral dalam masyarakat untuk dijadikan bahan kajian dalam proses pembelajaran di kelas dengan menggunakan metode klarifikasi nilai
2.      mengidentifikasi dan menganalisis kebutuhan siswa dalam pembelajaran pendidikan moral agar tercapai kematangan moral yang komprehensif yaitu kematangan dalam pengetahuan moral perasaan moral,dan tindakan moral
3.      mengidentifikasi dan menganalisis masalah-masalah dan kendala-kendala instruksional yang dihadapi oleh para guru di sekolah dan para orang tua murid di tua murid dirumah dalam usaha membina perkembangan moral siswa,serta berupaya memformulasikan alternatif pemecahannya
4.       mengidentifikasi dan mengklarifikasi nilai-nilai moral yang inti dan universal yang dapat digunakan sebagai bahan kajian dalam proses pendidikan moral
5.      mengidentifikasi sumber-sumber lain yang relevan dengan kebutuhan belajar pendidikan moral
Dengan memperhatikan kegiatan yang perlu dilakukan dalam proses aplikasi pendidikan moral tersebut, kaitannya dengan kurikulum yang senantiasa berubah sesuai dengan akselerasi politik dalam negeri. Bagaimanapun negeri ini memerlukan generasi yang cerdas, bijak dan bermoral sehingga bisa menyeimbangkan pembangunan dalam keselarasan keimanan dan kemajuan jaman. Karena nasib bangsa Indonesia ini terletak dan tergantung pada moralitas generasi mudanya.



pendidikan di Indonesia


TINGKAT SADAR PENDIDIKAN DI INDONESIA

Salah satu faktor penghambat dalam pembangunan ekonomi bagi Negara yang sedang berkembang adalah keadaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang kurang menguntungkan. Seperti halnya di Indonesia, Bila ditinjau dari segi jumlah penduduk yang besar, sebenarnya SDM Indonesia merupakan sumber daya yang sangat potensil untuk dapat dimanfaatkan sebagai modal pembangunan. Akan tetapi karena kualitas SDM yang dimiliki sebagian besar berpendidikan rendah, sehingga jumlah penduduk yang besar tersebut justru menjadi beban pembangunan.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya supaya memiliki kekuatan spiritual keagamaan, emosional, pengendalian diri,
 Adapun manfaat dan fungsi belajar di Sekolah  antara lain :
1.      Melatih Kemampuan Kemampuan Akademis Anak
2.      Menggembleng dan Memperkuat Mental, Fisik dan Disiplin.
3.      Memperkenalkan Tanggung Jawab
4.      Membangun Jiwa Sosial dan Jaringan Pertemanan. .
5.      Sebagai Identitas Diri
6.      Sarana Mengembangkan Diri dan Berkreativitas.
Tujuan pendidikan tidaklah hanya mengisi ruang-ruang imajinasi dan intelektual anak, mengasah kepekaan sosialnya, ataupun memperkenalkan mereka pada aspek kecerdasan emosi, tapi lebih kepada mempersiapkan mereka untuk mengenal Tuhan dan sesama untuk pencapaian yang lebih besar bagi kekekalan. Selain memiliki tujuan yang pasti pendidikan juga memiliki peranan yang penting untuk menunjang kehidupan kita sehari-hari khususnya untuk para pelajar dan generasi muda Indonesia. Pendidikan sudah berperan dalam kehidupan seseorang sejak usia dini. Peranan pendidikan adalah suatu peranan yang menentukan kualitas pendidikan seorang anak di usia dini. Begitu juga dengan pengaruhnya pada pembentukan karakter dan perkembangan kepribadian seorang anak. Jalur pendidikan secara garis besar dibagi menjadi 3 bagian besar, yaitu :
1.      Pendidikan formal
Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah
pada umumnya.
2.      Pendididkan nonformal
Pendididkan nonformal merupakan pendididkan yang dilakukan di luar pendididkan formal, contohnya adalah pendididkan yang paling banyak dilakukan di usia dini, pendididkan yang diberikan oleh lembaga kursus diantaranya kursus musik, bimbingan belajar dan sebagainya.


3.      Pendidikan informal
Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri yang dilakukan secara sadar dan bertanggung jawab. selain itu pendididkan informal juga dapat terjadi dimana saja kita berada bila kita jeli memperhatikan lingkungan dan kehidupan maka kita akan dengan mudah mendapatkan pendididkan informal ini.
Kurangnya kesadaran masyarakat Indonesia terhadap pendidikan dikarenakan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menuntaskan pendidikan, dalam arti menyelesaikan pendidikan formal hingga mendapatkan gelar sarjana, yaitu kurang lebih selama 16 tahun. Padahal belum tentu setelah seseorang mendapat gelar sarjana maka akan langsung mendapatkan pekerjaan seperti yang kita inginkan, faktanya sekarang ini banyak sarjana yang menganggur akibat kurangnya lapangan kerja dan sangat cepatnya pertumbuhan penduduk Indonesia pertahunnya. Selain dikarenakan lamanya waktu untuk menuntaskan pendidikan hingga mencapai gelar sarjana, biaya sekolah untuk mendapatkan pendidikan wajib 9 tahun saja sudah membutuhkan biaya yang cukup besar.
Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, misalnya pengembangan kurikulum nasional dan lokal, peningkatan kompetensi guru melalui pelatihan, pengadaan buku dan alat pelajaran, pengadaan dan perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, dan peningkatan mutu manajemen sekolah. Namun demikian, berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukan peningkatan yang berarti. Sebagian sekolah, terutama di kota-kota, menunjukan peningkatan mutu pendidikan yang cukup menggembirakan, namun sebagian lainnya masih memprihatinkan.
Oleh sebab itu kita sebagai generasi penerus bangsa harus lebih mengutamakan kesadaran dalam diri kita sendiri akan pentingnya pendidikan bagi diri kita, bangsa dan Negara. Agar dimasa mendatang kesadaran masyarakat Indonesia dapat lebih meningkat daripada sekarang. Selain itu, orang tua juga memegang peran yang tidak kalah penting dibandingkan kesadaran akan pendidikan dari dalam diri sendiri.
Kita harus membuat komimen pribadi untuk maju dan terus maju. Kita harus menjaga kesadaran diri dengan menjaga sisitem pendidikan yang ada di Indonesia agar mengarah pada tujuan menciptakan generasi bangsa Indonesia yang produktif bukan yang konsumtif belaka. Selain itu hal yang perlu kita lakukan saat ini adalah, sadar bahwa kita generasi Indonesia harus bisa menciptakan produk diberbagai bidang yang kita tekuni bukan hanya tahu memakai hasil temuan oranglain, apalagi temuan bangsa lain.


            By : Nur azizah safitri

MENINGKATKAN MUTU HASIL PELAJARAN BAHASA INGGRIS DI SEKOLAH


Artikel:
BAGAIMANA MENINGKATKAN MUTU HASIL PELAJARAN BAHASA INGGRIS DI SEKOLAH

NAMA: Pradika Nurdianto
NIM : 11.1.01.10.0272
Topik: Pengajaran Bahasa Inggris di Sekolah
Kemampuan berbahasa Inggris merupakan salah satu kemampuan yang sangat menentukan dalam memperoleh lapangan kerja akhir-akhir ini. Fenomena inilah yang mendasari munculnya berbagai macam kursus Bahasa Inggris di seluruh wilayah Indonesia. Terlepas dari bagaimana sesungguhnya mutu dari kursus-kursus Bahasa Inggris yang ada di Indonesia ini, tersirat suatu keadaan yang memprihatinkan yaitu kurang baiknya mutu hasil pengajaran Bahasa Inggris di sekolah-sekolah.
Mengapa penulis mengambil kesimpulan demikian? Tentunya bukan tanpa dasar. Secara logika, kita dapat mengajukan argumentasi bahwa tidak mungkin kursus-kursus Bahasa Inggris sedemikian menjamurnya di Indonesia jika hasil pengajaran Bahasa Inggris di sekolah ternyata memuaskan. Jika demikian halnya, maka kursus Bahasa Inggris yang ada hanyalah yang ditujukan untuk kepentingan-kepentingan khusus seperti untuk memperoleh sertifikat TOEFL, IELTS, dan lain-lain serta bukan yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris dalam kehidupan sehari-hari. Tapi kenyataannya, mayoritas kursus Bahasa Inggris yang ada adalah yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris dalam kehidupan sehari-hari, bukan untuk tujuan-tujuan lain.
Keadaan ini tentunya menimbulkan masalah. Bagi para siswa yang datang dari keluarga menengah ke atas, masalah kesulitan berbahasa Inggris ini dapat diatasi dengan mudah. Mereka tinggal menunjuk kursus Bahasa Inggris mana saja yang mereka suka dan mulai belajar. Tetapi, bagaimana halnya dengan para siswa yang berasal dari kalangan bawah? Hal ini tentunya merupakan kesulitan tersendiri karena, kadang-kadang, jangankan untuk membayar uang kursus, untuk makanpun mereka masih harus mencari uang selepas sekolah. Lalu apa dampaknya? Tentu sangat jelas. Karena perusahaan-perusahaan papan atas yang ada di negara ini selalu mencantumkan persyaratan kemampuan berbahasa Inggris sebagai salah satu syarat untuk menjadi karyawan di perusahaan tersebut, maka hilanglah kesempatan para siswa yang berasal dari kalangan bawah ini untuk dapat masuk ke wilayah kerja yang dapat memberikan penghasilan yang lebih besar. Mereka akhirnya hanya dapat bekerja di perusahaan-perusahaan kecil yang tidak mensyaratkan kemampuan berbahasa Inggris dengan gaji yang sangat jauh tingkatannya dengan perusahaan asing. Dengan demikian, taraf kehidupan mereka tentunya tidak akan jauh berbeda dengan taraf kehidupan orang tua mereka sebelumnya.
Dengan memandang alasan-alasan tersebut di atas, apakah kita sebagai guru Bahasa Inggris tidak tergerak untuk berupaya meningkatkan kemampuan siswa berbahasa Inggris melalui pelajaran Bahasa Inggris di sekolah? Sebagai kalangan yang sering disebut-sebut sebagai Pahlawan tanpa Tanda Jasa, sangatlah tidak layak jika kita ingin dianggap sebagai pahlawan tetapi tidak berupaya untuk memajukan siswa-siswa kita. Di tengah-tengah munculnya fenomena segelintir guru-guru yang mengejar materi untuk kepentingan pribadi dengan memanfaatkan muridnya, marilah kita usik kembali jiwa pengabdian kita untuk berupaya meningkatkan hasil pengajaran Bahasa Inggris di sekolah agar siswa-siswa kita yang berasal dari kalangan bawah tidak semakin terpuruk dan tidak akan kalah dari siswa-siswa lain yang berasal dari kalangan berada.
Masalah-Masalah yang Timbul dalam Pengajaran Bahasa Inggris di Sekolah Jika kita renungkan lebih dalam, adalah hal yang sangat luar biasa bahwa siswa yang telah belajar Bahasa Inggris selama minimal 6 tahun (sejak SMP) setelah lulus SMA masih tidak dapat berbicara dalam Bahasa Inggris, bahkan untuk memperkenalkan diri sendiri sekalipun. Disebut luar biasa karena jika siswa tersebut mengikuti kursus general english di suatu lembaga kursus dalam waktu yang sama, maka dapat dipastikan siswa sudah sangat mampu berbincang-bincang dalam Bahasa Inggris, bahkan mungkin sudah dapat memahami Bahasa Inggris untuk tingkatan drama, puisi, dan lain-lain. Jadi, mengapa hal ini bisa terjadi?
Berdasarkan hasil pengisian kuestioner yang penulis pernah buat pada tahun 1996 untuk tugas kuliah, terdapat beberapa masalah yang, menurut para siswa, menghambat mereka untuk menguasai Bahasa Inggris. Masalah-masalah tersebut adalah:
1. Jarangnya guru berbicara dengan Bahasa Inggris di dalam kelas. Hal ini dirasakan menghambat oleh para siswa karena menurut mereka, mereka jadi tidak terbiasa mendengar orang lain berbahasa Inggris.
2. Pelajaran terlalu ditekankan pada tata bahasa (dan bukan pada percakapan), tetapi siswa jarang diberi arahan mengenai bagaimana dan apa fungsi dari unsur-unsur tata bahasa yang mereka pelajari tersebut.
Berdasarkan hasil kuestioner dan hasil tes pada para siswa, terlihat bahwa rata-rata siswa menguasai pola-pola tata bahasa Inggris (misalnya struktur untuk simple present tense, dan lain-lain) tetapi, SISWA TIDAK MENGETAHUI KAPAN STRUKTUR TERSEBUT HARUS DIGUNAKAN DAN BAGAIMANA PENGAPLIKASIANNYA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI. Ini merupakan hal yang sangat luar biasa karena Bahasa Inggris, sama halnya seperti Bahasa Indonesia, akan lebih bermanfaat jika dapat digunakan dan diaplikasikan meskipun secara tata bahasa siswa tidak terlalu menguasainya. Bukan berarti bahwa pembelajaran tata bahasa ini tidak penting, tetapi perlu sekali teori-teori tersebut dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari.
3. Kosa kata yang diajarkan tidak terlalu berguna dalam percakapan sehari-hari. Banyak siswa yang mengeluhkan bahwa kata-kata yang diberikan oleh guru Bahasa Inggris di sekolah terlalu bersifat teknis, misalnya mengenai industrialisasi, reboisasi, dan lain-lain, sementara siswa tetap saja mengalami kesulitan untuk mengartikan kata-kata yang banyak digunakan pada film, majalah, dan situs-situs internet berbahasa Inggris. Bahkan kadang-kadang, siswa sangat hapal istilah-istilah Bahasa Inggris untuk bidang politik (seperti misalnya reformation, globalization, dan lain-lain) tetapi tidak dapat menyebutkan benda-benda yang biasa mereka pakai sehari-hari dalam Bahasa Inggris (misalnya celengan, selokan, dan lain-lain). Beberapa kalangan siswa bahkan mengatakan bahwa dengan kosa kata seperti yang dipelajari di sekolah tidak mungkin siswa dapat memulai percakapan dengan orang asing dengan menggunakan Bahasa Inggris. Mungkin ada benarnya juga, tidak mungkin tentunya kita tiba-tiba mengajak orang yang baru kita kenal untuk mendiskusikan industrialisasi, misalnya.
4. Materi pelajaran Bahasa Inggris di SMP dan SMU tidak berkesinambungan Para siswa menyatakan bahwa sering terjadi pengulangan materi (seperti misalnya tenses) yang telah diajarkan di SMP di tingkatan SMU, tetapi tetap saja fungsi dan pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari kurang jelas.
Jadi, sebagai seorang guru Bahasa Inggris, apa yang dapat kita lakukan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut? Banyak tentunya, karena diakui atau tidak, gurulah yang memegang kendali dalam pengajaran. Yang jelas, kita tidak boleh hanya menyalahkan pihak pemerintah (yang membuat kurikulum) saja tetapi akan lebih baik jika kita mengintrospeksi diri sendiri dan lebih menggali lagi potensi kita untuk mencari pendekatan yang lebih berhasil dalam mengajarkan Bahasa Inggris pada siswa di sekolah.
Kesimpulan dan Saran
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa masih banyak kendala yang harus dihadapi dalam upaya meningkatkan mutu hasil pengajaran Bahasa Inggris di sekolah. Untuk itu, penulis memiliki beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi para sesama pengajar Bahasa Inggris di Indonesia.
1. Selalu pertahankan kemampuan kita bercakap-cakap dalam Bahasa Inggris agar kelancaran berbahasa tetap terjaga. Hal ini perlu karena dapat memotivasi murid-murid kita untuk dapat berbicara dengan lancar. Mungkin sulit sekali jika kita tidak pernah bertemu dengan orang yang juga dapat berbahasa Inggris. Oleh karena itu, penulis memiliki usul agar para guru Bahasa Inggris ini memiliki semacam klub (conversation club) untuk ajang bertemu dan bertukar pikiran antar sesama guru Bahasa Inggris di wilayah yang sama. Dengan demikian, keahlian kita dalam menggunakan Bahasa Inggris akan selalu tetap terjaga.
2. Selalu menekankan fungsi dan aplikasi dari semua unsur tata bahasa yang kita terangkan kepada siswa. Pastikan bahwa siswa benar-benar mengerti kapan mereka harus menggunakan struktur tersebut.
3. Berikan tambahan kosa kata yang akan bermanfaat untuk percakapan sehari-hari pada siswa dan perkenalkan siswa dengan majalah-majalah remaja berbahasa Inggris agar mereka menjadi gemar membaca dan memperoleh banyak tambahan kosakata dari majalah tersebut. Dengan demikian, siswa akan percaya diri jika harus bergaul dengan remaja asing yang berbahasa Inggris.
4. Meskipun kita tidak memiliki kekuasaan untuk mengubah kurikulum, setidaknya pastikan bahwa pengulangan materi yang kita berikan merupakan pendalaman mengenai apa yang sudah dipelajari siswa dan bukan hanya mengulang tetapi tidak membuat siswa semakin bisa menerapkannya.

pembelajaran terpadu di SD


PEMBELAJARAN TERPADU DI SD
Pembelajaran terpadu merupakan suatu proses pembelajaran dengan memadukan beberapa macam bidang studi ke dalam satu tema. Dengan cara ini dalam setiap pertemuan akan diajarkan beberapa materi pelajaran yang masih saling berkaitan. Pembelajaran terpadu ini memungkinkan siswa secara individu maupun kelompok aktif mencari, menggali dan menemukan konsep secara holistik, bermakna dan otentik. Pembelajaran terpadu juga memperhatikan dan menyesuaikan pemberian konsep sesuai tingkat perkembangan anak.
Apabila dikaitkan dengan tingkat perkembangan anak, pembelajaran terpadu merupakan pendekatan pembelajaran yang memerhatikan dan menyesuaikan pemberian konsep sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
Empat klasifikasi prinsip dalam pembelajaran terpadu yaitu prinsip penggalian tema, prinsip pengelolaan pembelajaran, prinsip evaluasi dan prinsip reaksi.
Pembelajaran terpadu memiliki berbagai ragam model pembelajaran, yaitu model Fragmented (penggalan), Connected (keterhubungan), Nested (sarang), Sequenced (pengurutan), Shared (irisan), Webbed (jaring laba-laba), Threaded (bergalur), Integrated (keterpaduan), Immersed (terbenam) dan yang terahir yaitu Networked (jaringan kerja). Setiap model pembelajaran terpadu memiliki ciri-ciri, kelebihan dan kelemahan masing-masing yang berbeda-beda.
Pembelajaran terpadu memiliki ciri-ciri antara lain sebagai berikut :
·         Holistik
·         Bermakna
·         Otentik
·         Berpusat pada anak
·         Memberikan pengalaman langsung pada anak
·         Pemisah antara bidang studi tidak begitu jelas
·         Menyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam suatu proses pembelajaran
·         Bersikap luwes
·         Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai minat dan kebutuhan anak
Pembelajaran terpadu diperlukan dalam proses pembelajaran siswa Sekolah Dasar karena akan membentuk pengalaman secara total dalam pribadi anak, karena bagi anak usia SD berawal dari pola behavioristik ke pola konstruktifistik. Dengan pembelajaran terpadu siswa akan aktif dalam pembelajaran dan menadapatkan pengalaman langsung.
Pembelajaran terpadu dapat dikemas dengan tema atau topik suatu wacana yang dibahas dari berbagai sudut pandang yang mudah dipahami dan dikenal peserta didik. Tema yang dibahas disajikan dalam konteks sains, lingkungan,teknologi dan masyarakat yang  melibatkan aktivitas peserta didik secara berkelompok maupun mandiri. Aktivitas peserta didik ditunjang  oleh media pembelajaran yang memadai, agar peserta didik dapat memahami tema secara komprehensif dan telah mencapai kompetensi yang telah ditetapkan.
Pada sekolah dasar terutama pada kelas rendah ( kelas 1, 2 dan 3 SD) terutama menggunakan model pembelajaran terpadu tematik. Peserta didik yang berada pada sekolah dasar kelas satu, dua, dan tiga berada pada rentang usia dini. Pada usia tersebut seluruh aspek perkembangan kecerdasan seperti IQ, EQ dan SQ tumbuh dan berkembang sangat luar biasa. Pada umumnya mereka masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan ( berpikir holistik). Sesuai dengan tahap perkemabangan anak yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan, pembelajaran yang menyajikan mata pelajaran secara terpisah akan menyebabkan kurang mengembangkan anak untuk berpikir holistik dan membuat kesulitan bagi peserta didik. Selain itu dengan pembelajaran yang terpisah muncul permasalahan pada kelas rendah antara lain adalah tingginya angka mengulang kelas dan angka putus sekolah. Angka mengulang kelas peserta didik kelas 1 SD jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang lainnya,.
Permasalahan tersebut menunjukkan bahwa kesiapan sekolah sebagian besar peserta didik kelas awal sekolah dasar di Indonesia cukup rendah. Atas pemikiran tersebut dan dalam implementasi standar isi yang termuat dalam Standar Nasional Pendidikan, maka pembelajaran pada kelas awal sekolah dasar yakni kelas satu, dua dan tiga lebih sesuai jika dikelola  dalam pembelajaran terpadu melalui  pendekatan pembelajaran tematik.
                                                             Oleh : Pusvita Retnoningsih Kelas 2G

Jumat, 16 November 2012

Model Pembelajaran Webbed


A.    Pengertian model webbed
Model Webbed (Model Jaring Laba-laba) merupakan salah satu model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik. Menurut Padmono dalam bukunya Pembelajaran Terpadu menyatakan, Webbed menyajikan pendekatan tematik untuk mengintegrasikan mata pelajaran. Satu tema yang subur dijaring laba-labakan untuk isi kurikulum dan mata pelajaran. Mata pelajaran menggunakan tema untuk menyelidiki keseuaian konsep, topik, dan ide-ide. Karakteristik pendekatan tema ini untuk mengembangkan kurikulum dimulai dengan satu tema misalnya “transportasi”, “lingkungan”, dan lain-lain.
Tema ini ditentukan guru bersama siswa maupun guru lain. Dari tema ini dikembangkan menjadi sub-sub tema dengan memperhatikan kaitan antar bidang studi. Tema sentral dapat diambil dari kehidupan sehari-hari yang menarik dan menantang kehidupan siswa untuk memicu minat belajar siswa, cakupannya harus luas dan memberi bekal bagi siswa untuk belajar lebih lanjut.
Model webbed lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya.
Webbed adalah model pembelajaran terpadu yang implementasinya menggunakan pendekatan tematik. Pendekatan ini pengembangannya dimulai dengan menentukan tema-tema tertentu, misalny, Lingkungan. Tema bisa ditentukan dengan negosiasi antara guru dengan siswa, tetapi dapat pula dengan cara diskusi sesama guru. Setelah tema disepakati, kemudian dikembangkan sub-sub temanya dengan memperhatikan kaitan dengan bidang-bidang studi lainnya. Dari sub-sub tema ini dikembangkan aktivitas belajar yang dilakukan oleh siswa. Jadi model webbed atau jaring laba- laba terimplementasi melalui pendekatan tematik sebagai pemandu bahan dan kegiatan pembelajaran. Pendekatan ini adalah model pembelajaran yang digunakan untuk mengajarkan tema tertentu yang cenderung dapat disampailan melalui beberapa bidang study lain. Dalam hubungan ini, tema dapat mengikat kegiatan pembelajaran, baik dalam mata pelajaran maupun lintas mata pelajaran.

B.      Gambaran Model Webbed
Model webbed ini menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh karena itu guru perlu mengemas atau merancang pengalaman belajar yang berkesan agar belajar siswa lebih bermakna. Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih efektif. Selain itu dengan penerapan pembelajaran terpadu model webbed yang menggunakan pendekatan tematik  disekolah dasar, akan sangat membantu siswa, karena sesuai dengan tahap perkembangan siswa yang masih melihat segala sesuatu dengan satu kesatuan(holistic).

C.       Karakteristik Model Webbed
1.      Berpusat pada siswa
Pendekatan ini lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar, sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu dengan menberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakuakan aktivitas belajar.
2.      Memberi pengalaman langsung
Dengan pengalaman langsung, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata/konkrit sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.
3.      Pemisahan mata pelajaran yang tidak begitu jelas
Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.
4.      Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran
Menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini deperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapi sehari-hari.
5.      Bersifat Fleksibel
Guru dapat mengkaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lain, bahkan mengkaitkan mata pelajaran dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan sekolah dimana meraka berada.
6.      Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan bakat siswa.
7.      Menggunakan prinsip belajar sambil bermain yang menyenangkan.

D.       Keuntungan Model webbed
Keuntungan pendekatan jaring laba-laba untuk mengintegrasikan kurikulum adalah faktor motivasi sebagai hasil bentuk seleksi tema yang menarik perhatian paling besar, faktor motivasi siswa juga dapat berkembang karena adanya pemilihan tema yang didasarkan pada minat siswa.
Kelebihan Model Webbed antara lain :
1.      Adanya faktor motivasi yang dihasilkan dari penyeleksi tema yang diminati.
2.      Model webbed atau jaring laba-laba relative lebih mudah dilakukan guru yang belum berpengalaman mengajar.
3.      Model ini memudahkan perencanaan kerja tim untuk mengembangkan tema kesemua bidang isi pelajaran.
4.      Memberi kemudahan bagi siswa dalam melihat kegiatan-kegiatan yang saling terikat.
5.      Siswa dapat dengan mudah melihat bagaimana kegiatan yang berbeda dan ide yang berbeda dapat saling berhubungan

E.        Kelemahan Model Webbed
Kelemahan Model Webbed antara lain :
1.      Langkah yang sulit dalam pembelajaran terpadu model webbed adalah menyeleksi tema.
2.     Adanya kecenderungan dalam merumuskan suatu tema yang dangkal, sehingga hal ini hanya berguna secara artifisial dalam perencanaan kurikulum, sehingga kurang bermanfaat bagi siswa.
3.      Dalam pembelajaran guru lebih fokus pada kegiatan, dari pada pengembangan konsep.
4.      Memerlukan keseimbangan antara kegiatan dan pengembangan materi pelajaran.

F.        Langkah Membuat Rancangan Model Webbed
Dengan penerapan pembelajaran terpadu model webbed yang menggunakan pendekatan tematik disekolah dasar akan sangat membantu siswa, karena sesuai dengan tahap perkembangan siswa yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu kesatuan (holistik).
Langkah untuk membuat rancangan pembelajaran terpadu dengan model jaring laba-laba yaitu:
1. Mempelajari kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator setiap bidang pengembangan untuk masing-masing kelompok usia.
2. Mengidentifikasi tema dan subtema dan memetakannya dalam jaring tema.
3. Mengidentifikasi indikator pada setiap kompetensi bidang pengembangan melalui tema dan subtema.
4. Menentukan kegiatan pada setiap bidang pengembangan dengan mengacu pada indikator yang akan dicapai dan subtema yang dipilih.
5. Menyusun Rencana Kegiatan Mingguan.
6. Menyusun Rencana Kegiatan Harian.

G.       Penerapan Model Webbed
Pembelajaran terpadu menggunakan model webbed dimulai dengan menentukan tema. Sebagai contoh tema yang sudah ditentukan bersama adalah “Lingkungan”. Dari tema ini dikembangkan dan dipadukan menjadi sub-sub tema yang ada pada beberapa mata pelajaran, misalnya :

a.      IPA
Sub tema : Mengenal berbagai bentuk energi dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari.
Siswa diajarkan tentang macam-macam bentuk energy dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya energy cahaya kita manfaatkan sebagai penerangan saat kita belajar dll.
b.      Matematika
Sub tema : mengenal bangun datar
Siswa diajarkan tentang bentuk-bentuk bangun datar misalnya, misalnya ban sepedah kita berbentuk lingkaran,  buku tulis berbentuk persegi, penggaris berbentuk persegi panjang dst.
c.       Pkn
Sub tema : tenggang rasa, kedisiplinan
Siswa diajarkan tentang bagai mana cara manusia bersikap dan bertingkah laku sebagai makhluk social separti sikap tenggang rasa dan bekerja sama dengan orang lain.
d.      Bahasa Indonesia
Sub tema : membuat ringkasan
Siswa menceritakan dengan kata-katanya sendiri tentang bentuk-bentuk energy, dan bentuk bangun datar yang kita jumpai di lingkungan sekitar.


A.    Kesimpulan.
Pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran yang pelaksanaannya dilakukan secara terpadu, misalnya mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, IPA, IPS, PKN dipadukan menjadi satu sehingga tercipta satu pokok pembelajaran atau tema. Maka dari itu, dengan adanya metode ini, siswa akan memperoleh pengetahuan dan ketrampilan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa.
Selain itu metode ini juga memiliki kelemahan – kelemahan yang harus kita perhatikan, antara lain kecenderungan pemilihan tema yang terlalu dangkal membuat materi yang kita sampaikan menjadi kurang bermanfaat bagi siswa. Model Webbed ini akan berguna jika diterapkan pada kelas rendah karena sesuai dengan tahap perkembangan siswa yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu kesatuan (holistic).
by :   Ria Luvita